Selasa, 10 Februari 2009

MENGENAL KANKER KULIT

Mengenal Kanker Kulit Diagnosa,Pengobatan dan PencegahannyaPenulis: dr.Aida SD Suriadiredja,Sp.KK

MENGENAL KANKER KULIT
DIAGNOSA, PENGOBATAN DAN PENCEGAHANNYA
Aida S.d. Suriadiredja

PENDAHULUAN
Pada beberpa tempat di dunia, misalnya di Australia, Inggris dan Amerika, insidens kanker kulit makin meningkat. Umumnya yang terkena adalah orang kulit putih yang yang banyak terpajan sinar matahari. Di Indonesia, insedens kanker kulit tidak setinggi di negara-negara tersebut. Walupun demikian kanker kulit perlu dikenali karenadapat menyebabkan kecacatan sehingga merusak penampilan, dan pada stadium lanjut dapat berakibat fatal.
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM). KSB dan KSS seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit non melanoma (KKNM).
ANATOMI KULIT
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang terdiri atas lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri atas beberapa lapis lagi. Paling atas adalah lapisan tanduk (stratum korneum). Berturut-turut di bawahnya stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (terdiri atas sel keratinosit dan melanosit). Adapun lapisan dermis mempunyai dua bagian yaitu pars papilare dan pars retikulare. Lapisan kulit paling bawah adalah subskutis yang dibentuk oleh jaringan lemak. Di lapisan ini terdaoat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.
Selain lapisan-lapisan di atas, kulit juga terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. Semuanya itu disebut adneksa kulit. Kelenjar kulit terletak di lapisan dermis yang terdiri atsa kelenjar keringat (glandula sudorifera) dan kelenjar palit (glandula sebasea). Rambut terdiri atas bagian yang berada di bawah kulit (akar rambut) dan yang di atas kulit (batang rambut). Sedangkan kuku merupakan penebalan lapisan tanduk di ujung-ujung jari tangan dan kaki.
Setiap sel/komponen di atas mampu berubah menjadi ganas (kanker). KSB berasal dari sel pluripotensial, KSS dari sel keratinosit dan MM merupakan perubahan ganas sel melanosit di lapisan epidermis.
FAKTOR PENYEBAB/RISIKO KANKER KULIT = KARSINOGENESIS
Penelitian terdahulu menemukan, bahwa beberapa bahan kimia dapat menyebabkan kanker kulit. Di antaranya ialah ter (batubara) arsen (yang terdapat pada insektisida/pestisida), nitrogen mustard dan lain-lain.
Penelitian-penelitian sesudah itu menyatakan bahwa sinar matahari merupakan factor utama yang menyebabkan keganasan kulit. Bagian sinar matahari yang diduga sebagai karsinogesnesis tersebut adalah sinar ultraviolet B (UVB). Lapisan ozon yang berada di atas bumi, dianggap merupakan penahan sinar UVB sampai ke bumi. Dengan meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia tertentu, akan menyebabkan lapisa ozon tersebut pecah, sehingga mengakibatkan pancaran sinar UVB langsung mengenai bumi. Hal ini akan meningkatkan insidens kanker kulit. Selain sinar matahari tersebut, sinar pengion yang dipakai untuk pengobatan (radiasi/radioterapi) juga dapat menimbulkan kanker kulit.
Akhir-akhir ini, ditemukan virus-virus yang dapat menyebabkan kanker kulit. Diantaranya adalah human papilloma virus (HPV) dan human immunodeficiency virus (HIV)
Bahan kimia, sinar matahari maupun sinar pengionbersama-sama dengan virus merupakan faktor penyebab dari luar tubuh. Di samping factor dari luar terdapat juga factor penyebab dari dalam yaitu materi genetic tubuh sendiri (gen). Daya tahan tubuh juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan kanker. Yang menarik adalah bahwa ras kaukasia ternyata lebih banyak menderita kanker kulit biloa terkena sinar matahari dibandingkan dengan kulit berwarna. Sehingga diduga bahwa faktor ras juga memegang peranan.
TUMOR JINAK, PRAKANKER DAN GENODERMATOSIS
Terdapat dua jenis tumor. Tumor jinak (tahi lalat, kista dll) dan tumor ganas (kanker). Di antaranya ada keadaan yang disebut prakanker, yaitu penyakit kulit yangdapat berubah menjadi ganas (kanker kulit). Misalnya kemerahan karena terkena arsen/matahari, jaringan parut menahun, beberapa jenis benjolan yang memebesar perlahan, penyakit kulit karena penyinaran, beberapa jenis tahi lalat, bercak keputihan di rongga mulut/lidah dan kemaluan, tahi lalat besar yang ada sejak lahir dan lain-lain.
Disamping itu terdapat juga keadaan yang disebut genodermatosis, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang dihubungkan dengan keganasan. Contohnya penyakit xeroderma pigmentosum. Keadaan-keadaan tersebut di atas ada kaitannya dengan kanker kulit.
KARSINOMA SEL BASAL
Sinonim : basiloma, epitelioma sel basal dan ulkus rodens. Merupakan kanker kulit yang paling sering terdapat. Dianggap berasal dari sel-sel pluripotensial (sel yang dapat berubah menjadi sel-sel lain). Teori yang lebih baru menduga bahwa sel tersebut berada di bagian adneksa kulit. Kelainan umumnya terdapat di daerah yang terpajan sinar matahari. Tumbuh lambat, bersifat destruktif local dan jaringan menyebar ke bagian tubuh lain.
Sinar ultraviolet diduga merupakan penyebab. Selain itu jaringan parut, trauma , luka bakar, sinar X maupun bahan kimia juga dapat menimbulkan KSB.
Bermacam-macam bentuk dapat ditemukan. Di antaranya, benjolan yang agak berkilat, kemerahan dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaaan klinis dan histopatologis dengan melakukan biopsy (pengambilan kelainan kulitnya (kanker) sedikit dan dilihat di bawah mikroskop)
Apabila diagnosis telah ditegakkan, dilakukan pengobatan. Terdapat bermacam-macam cara pengobatan. Tindakan yang paling utama adalah bedah pisau. Cara pengobatan yang lain adalah dengan penyinaran. Selain itu dapat dilakukan tindakan bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).
KARSINOMA SEL SKUAMOSA
Sinonim : Epitel sel skuamosa (Prickle), karsinoma sel prickle dan karsinoma epidermoid.
KSS adalah keganasan sel keratinosit epidermis, dan mempunyai kemampuan menyebar ke bagian tubuh yang lain. merupakan kanker kulit ke dua tersering. biasanya menyerang orang kulit putih yang berada di daerah tropik. laki-laki lebih banyak dari wanita, dan umumnya mengenai orang tua.
Seperti KSB, sinar matahari merupakan salah satu penyebab. selain itu, keadaan daya tahan tubuh yang menurun (lemah), virus, bahan-bahan kimia dan jaringan parut juga dapat menimbulkan penyekit ini.
Biasanya penderita KSS, mempunyai kelainan berupa benjolan-benjolan atau luka yang tidak sembuh-sembuh. Setelah diagnosa ditegakkan dengan melihat gambaran klinis dan pemeriksaan histopatologis, KSS diobati dengan tindakan bedah pisau. Bila tidak mungkin, dilakukan tindakan lain yang hampir sama dengan tindakan KSB, misalnya penyinaran, bedah beku, bedah listrik, laser, fotodinamik maupun dengan obat-obatan (kemoterapi).

Masalah Keterlambatan Diagnostik Dini dan Upaya Diagnosis Dini

Masalah Keterlambatan Diagnostk Dini dan Upaya Diagnosis DiniPenulis: dr.Eddy Soeratman,Sp.P
Masalah Keterlambatan Diagnostik Dini dan Upaya Diagnosis Dini
Eddy Suratman (Timja Paru RS Kanker "Dharmais")
Dinegara maju angka kematian akibat kanker pada laki-laki 1/3 diantaranya disebabkan oleh kanker paru. sedangkan pada wanita berkisar 1/5 nya.Di Indonesia kanker paru termasuk diantara 10 penyakit jenis keganasan tersering yang datang ke rumah sakit. Lebih 90% penderita kanker paru datang berobat termasuk stadium operabel. Kanker Paru stadium dini (operabel) memiliki prognosis yang lebih bak dibanding dengan stadium lanjut.Di RS Kanker "Dharmais" sendiri umumnya yang berobat sudah dalam stadium III dan IV. Masalah yang kita hadapi saat ini bagaimana mengurangi penderita dalam jerajat lanjut dan meningkatkan penemuan penderita kanker patru dalam derajat yang lebih dini.
Lebih dari 95% berasal dari epitel bronkus. Klarifikasi kanker paru berdasarkan jenis histologinya sebagai berikut:
1. Karsinoma sel skwamosa
2. Adeno karsinoma
3. Karsinoma sel kecil
4. Karsinoma sel besar
Kebiasaan merokok sangat berhubungan erat dengan kanker paru. resiko seorang penderita kanker paru meningkat pada perokok sesuai dengan :
· Jumlah konsumsi rokok sehari
· Lamanya merokok
· Sat mulai merokok
· alamnya hisapan asap
· Jumlah kanduangan tar pada rokok
Karsinoma Sel Skwamosa
Karsinoma sel skwamosa merupakan yang paling sering, sekitar 20 s.d 45% letaknya lebih sentral.
· Umumnya pada bronkus bersar, masa tumor dapat menyumbat.
· Dapat menimbulkan pneumotis obstruktif
· Jarang terdapat diperifer, bilda ada -> sentral nekrosis dan kavitasi
· Cenderung tumbuh sepanjang dinding bronkus, menyebar ke sentral
· Sering disertai metastasis jauh pada kelenjar regional dan organ jauh
Adeno karsinoma
Ade kasrsinoma berkisar anatara 25-30%, umumnya terletak perifer danlebih sering disertai dengan efusi pleura.
· Umumnya berkembang dari perifer
· Umumnya asimtiomatik kadang-kadang terdeteksi pada foto toraks rutin
· Invasi darah limfe --> menimbulkan banyak kobus

Karsinoma Sel Kecil
Karsinoma sel kecil kekerapannya sekitar 20-25%. memiliki prognosa sangat buruk karena agresif dan mudah bermetastasis.
Umumnya berasal dari bronkus besar
· Menginfiltrasi dinding bronkus
· Metastasis ke hilus dan kgb mediatinum
· Pada saat ditegakan serng sudah metastasis jauh
Karsinoma Sel Besar
Karsinoma Sel Besal berkisar 10%, bisa disentral dan perifer
Gejala
Batuk lama
Batuk darah
Tanda obstruksi jelan napas
Atelektatis
Pnuemonitis
Berat badan menurun, lemah
Sindroma paraneoplastik
Pembesaran kgb hilus dan mediainum
Suara serak
Elevasi otot diapfragma
Sindroma pancoast
Metastasis organ lain
Faktor yang memperlambat diagnosis kanker paru berasal dari penderita maupun dari dokter. Sebab keterlambatan tersebut
1. Penderita
· Kurang pengetahuan penderita tentang penyakit kanker
· Ketidak mampuan penderita menjalan kan pengobatan/ pemeriksaan
2. Dokter
· Kurang pengetahuan dan perhatian
· Lambatnya sistem rujukan
Kesalahan dalam mendiagnosis kanker paru sebagai TB masih cukup besar. Hardiarto 1974 mendapatkan diagnosos TB pada 47 kasus (43%) dari 109 kasus kanker paru yang diteliti. Hal ini jelas merugikan karena ketermabatan diagnosis dakan menghilangkan kemungkinan penyembuhan
Penemuan Dini Kanker
Penemuan dini kanker paru bertujuan menemukan kanker paru yang masih terbatas pada epitel bronkus (karsinoma insitu). Pendrita umumnya tidak menunjukan gejala, pemeriksaan jasmani normal, tidak tampak dengan foto totaks biasa, sangat sulit menemukas kasus ini.
Stadium pneyakit ini masih resektable belum tampak metastasis dan diharapkan dapat sembuh. Penemuan dini kanker paru melalui "screening" atau penapisan dilaksanakan dengan pemeriksaan sitologi sputum dan foto toraks secar berkala.
Dinegara maju pemeriksaan ini dianjurkan hanya pada kelompok golongan resiko tinggi (GRT) yankni sebagi berikut :
· Lai-laki berusia 40 tahun keatas
· Perokok berat (20 batang sigaret atau lebih setiap hari)
· Dan atau bekerja dilingkungan beresio (pabrik cat, asbes, logam dll)
Penapisa kanker paru pada GRT berkala setiap enam bulan akan lebih mendapatkan kasus kanker stsdium awal dan mendapatkan masa tahan hidup lima tahun leih panjang. tetapi tidak merubah angka kematian secara keseluruhan. sehingga tidak direkomendasikan untuk kelompok luas. Dibeberapa negara maju pada golongan terbatas.
Brosnkoskopi sistem LIFE (Lung Imaging Fluoroscopic) dapat mendeteksi lesi pre kanker dan lesi situ.
Keunggulan yang diharapkan dari bronkoskopi LIFE adalah:
1. Dapat mendeteksi lebih awal dan melokalisasi sel kanker
2. Dapat menentukan luasnya penyebaran kanker ebdobronkial
3. Dapat mendeteksi dan melokalisasi lesi pra kanker
Referensi
1. McVie JG Cancer of the lung and pleura. In:Manual of Clinical Oncology,5th ed. Geneva. Spring-Verlag; 1990: 217
2. Hadiarto M. Menyongsong era kanker paru di Indonesia. Kanker Paru Diagnosis dan Terapi 1990:1-8
3. Yususf A. Diagnosis kanker paru, mungkinkah? Majalah Paru 1995:15; 4-5 (Editorial)
4. Martini N, Zaman M. Earldiagnosis of Carcinoma og The Lung. In: thoracic oncology. Ed. Roth JA, Ruckdesschell J. Weisenburger T. Philadelphia. WB Sounders Company, 1989:133
5. Skarin A. Lung Cancer. In: Atlasof Diagnostic Oncology, Ed: Roth JA, Cox JD, Hung WK. Boston. Blacwell Scientific Publication, 1993:68-82
Lam S. Profio. Flouosence Tumor Detection. In:minimally invasivve techniques in thoracic medicine & surgery. Ed: Hetzel M London. Chapman & Hall M London. Chapman & Hall Medical 1995:

NUTRISI PADA PENDERITA KANKER

Nutrisi Pada Penderita KankerPenulis: dr.Ririn Hariani,SpGK
NUTRISI PADA PENDERITA KANKER
dr. Ririn Hariani MS

Kanker terjadi akibat perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaturan normal. Kanker sendiri merupakan istilah yang menggambarkan keadaan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal yaitu multiplikasi dan menyebar. Multiplikasi sel merupakan keadaan normal pada masa pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan tetapi bila faktor yang mengontrol pembelaan sel tidak lagi berfungsi dengan normal maka keadaan ini yang disebut penyakit kanker.
Pada penderita kanker sering disertai adanya kaheksi yaitu suatu sindroma yang ditandai dengan gejala klinik berupa anoreksia, perubahan ambang rasa kecap, penururnan berat badan, anemia, gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Keadaan ini merupakan akibat dari kanker baik lokal maupun sistemik dan juga merupakan komplikasi dari obat anti kanker.
Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya nafsu makan yang merupakan faktor utama dalam terjadinya kaheksia pada kanker. Zat metabolit yang dihasilkan sel kanker menyebababkan anoreksia, cepat kenyang dan menyebabkan perubahan rasa kecap. Stres psikologis yang terjadi pada kanker juga menunjang peranan dalam terjadinya anoreksia.
Penurunan nafsu makan oleh berbagai penyebab tampaknya merupakan faktor utama dalam terjadinya penurunan berat badan. Namun tidak jarang pada penderita yang mendapat asupan makanan yang adekuat juga mengalami penurunan berat badan adalah terjadinya hipermetabolisme pada penderita kanker.
Pengobatan anti kanker seperti kemoterapi, radiasi serta pembedahan dapat mempengaruhi status nutrisi penderita. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari terapi anti kanker dan membuat penderita merasa lebih baik. Dukungan nutrisi merupakan bagian yang penting dalam menunjang terapi penderita kanker.

Beberapa pengaruh pengobatan anti kanker pada status nutrisi:
1. Kemoterapi
Kemoterapi mempunyai kontribusi pada terjadinya malnutrisi dengan berbagai sebab antara lain mual, stomatitis atau sariawan, gangguan saluran pencernaan dan penurunan nafsu makan. Hal di atas selain mempengaruhi status nutrisi juga dapat mempengaruhi hasil dari pengobatan kemoterapi. Efek samping yang terjadi berhubungan dengan dosis, lama terapi, jenis obat dan respon individual.
2. Radioterapi
Radioterapi juga berkontribusi pada terjadinya malnutrisi pada penderita kanker. Beratnya malnutrisi yang terjadi ditentukan oleh tempat dilakukan radiasi, dosis dan lama radiasi.
Beberapa penyebab perubahan status nutrisi akibat radiasi:
· Radiasi di kepala: menyebabkan mual, muntah.
· Radiasi pada kepala/leher: menyebabkan mucositis, sulit menelan, susah membuka mulut.
· Radiasi thorax: susah menelan, oesofagitis.
· Radiasi abdomen/pelvis: menyebabkan diare, gastritis, mual, muntah.
3. Pembedahan
Tergantung dari operasi yang dilakukan. Pembedahan merupakan terapi primer untuk penderita dengan kanker pada traktus gastro intestinal atau saluran pencernaan yang mungkin dikombinasi dengan kemoterapi atau radiasi. Tumor yang berada di saluran pencernaan biasanya akan bermasalah pada masalah nutrisi.

Beberapa contoh akibat pembedahan pada saluran cerna;
· Operasi gaster: penurunan absorbsi vitamin B12.
· Operasi pancreas: gangguan metabolisme glukosa.
· Operasi kolon: kehilangan air dan elektrolit.

Tujuan terapi nutrisi pada penderita kanker antara lain:
1. Mempertahankan status nutrisi.
2. Mengurangi gejala sindroma kaheksia.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memenuhi kecukupan mikronutrien

Terapi nutrisi
Kebutuhan nutrisi penderita kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan. Kebutuhan energi dan protein penderita kanker belum ada kesepakatan. Secara umum dianjurkan kebutuhan kalori dianjurkan 25-35 kal/kg BB/hari, protein 1-1,5 gr/kg BB. Suplementasi vitamin sesuai kebutuhan terutama bagi yang tidak dapat mengkonsumsi diit gizi seimbang.

Cara pemberian
a. Melalui mulut/peroral
Pemberian melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa kecap maka pemberian makanan peroral menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian khusus.
Cara mengatasi beberapa masalah makan secara peroral:
· Penyajian makanan harus dapat membangkitkan nafsu makan. Pada umumnya nafsu makan lebih baik pagi hari.
· Makanan diberikan sediki-sedikit tetapi sering. Cara ini terbukti memberi hasil pada sebagian besar pasien karena jumlah kalori dapat dipenuhi dengan cara yang tidak memberatkan.
· Diit sebaiknya tinggi kalori dan protein.
· Pada penderita gangguan rasa kecap: pengolahan makanan sebaiknya diberi bumbu lebih banyak, dan disajikan dengan bentuk dan aroma yang baik.
· Penderita dengan ganguan menelan: makanan diberikan dalam bentuk yang mudah ditelan misalnya ditambah kuah, diberikan diit lunak, makanan dicincang/digiling/disaring. Rasa jenis makanan dan penyajian harus sesuai dengan selera pasien.
· Penderita dengan sariawan: konsistensi makanan harus lembut agar mudah ditelan, hindari makanan terlalu panas, berbumbu tajam, terlalu asam.

b. Nutrisi enteral/melalui pipa
Bila pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima/belum adekuat maka dipertimbangkan pemberian makanan dengan cara lain.
· Pada penderita kanker dengan fungsi saluran cerna masih baik maka makanan diberikan melalui pipa. Pipa melalui hidung paling sering digunakan karena lebih mudah.
· Selain itu pipa dapat juga bermuara di lambung maupun usus halus tergantung lokasi tumor.
· Pemilihan formula sama dengan penderita bukan kanker.

c. Nutrisi parenteral
Pemberian nutrisi parenteral mempunyai risiko tetapi pada keadaan tertentu cara ini perlu dipertimbangkan. Misalnya pada penderita kanker dengan gangguan fungsi saluran cerna, operasi pemotongan usus yang luas atau obstruksi. Pada penderita dengan nutrisi parenteral ini perlu dipantau dengan ketat karena selain mahal juga efek samping nutrisi ini cukup besar.

Pemantauan
Evaluasi harus dilakukan secara rutin dan teratur melalui perubahan status medis, status nutrisi dan pemeriksaan laboratorium. Bila terjadi perubahan pada salah satu hasil tersebut maka perencanaan nutrisi disesuaikan, penyesuaian dapat berupa perubahan pilihan makanan, waktu pemberian makanan, komposisi nutrien dan cara pemberian makan

MENJAGA KESEHATAN MULUT & GIGI SEBAGAI

Menjaga Kesehatan Mulut & Gigi Sebagai Persiapan Pasien Kanker Sebelum Radiasi & KemoterapiPenulis: SMF Gigi dan Mulut
MENJAGA KESEHATAN MULUT & GIGI SEBAGAI
PERSIAPAN PASIEN KANKER SEBELUM RADIASI & KEMOTERAPI
Oleh: SMF Gigi dan Mulut

I.PENDAHULUAN
Dokter gigi dalam melakukan pemeriksaan tidak hanya pada giginya saja, tapi termasuk jaringan-jaringan yang terdapat didalam mulut dan sekitarnya. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan lunak seperti gusi, otot pipi, lidah dan jaringan keras seperti tulang rahang atas, rahang bawah dan tulang yang berhubungan langsung dengan rahang.
Keluhan atau rasa sakit yang timbul dirasakan oleh penderita pada satu tempat didaerah mulut belum tentu disebabkan oleh penyakit atau kelainan yang berada didaerah mulut tersebut.
Begitu juga kalau ada penyakit pada gigi dan mulut bisa berdampak timbulnya gangguan penyebaran infeksi di bagian lain dari tubuh.

II.RADIASI DAN KEMOTERAPI
Radiasi : adalah pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radio aktif. Pengobatan tersebut dilakukan dengan dosis penyinaran tertentu sesuai dengan macam kankernya. Dalam pelaksanaannya pengobatan tersebut tidak boleh terputus, tapi harus terus menerus setiap hari sampai selesai. Dampak dari penyinaran dengan sinar radio aktif tersebut adalah:
-Gigi dan tulang penyangganya menjadi rapuh untuk sementara waktu.
-Elemen-elemen dalam darah menurun kadarnya dari normal.
Maka pasien selama menjalani penyinaran tidak boleh ada gangguan yang disebabkan adanya focus infeksi yang berasal dari jaringan lunak di mulut dan gigi. Setelah penyinaran selesai, pasien tidak diperbolehkan melakukan pencabutan gigi selama 3 tahun. Waktu tersebut dibutuhkan untuk pengembalian struktur tulang dan elemen-elemen dalam darah keadaan normal.
Kemoterapi adalah pengobatan kanker dengan menggunakan zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh langsung ke pembuluh darah (dengan cara infus). Selama pengobatan ini seperti pada pengobatan dengan sinar radio aktif, yaitu elemen-elemen darah menurun kadarnya dari normal. Maka pasien tidak boleh terkena infeksi, terutama yang bersumber dari gigi dan mulut. Biasanya pasien ditempatkan pada ruangan yang steril, maka pasien sedapat mungkin sudah bebas dari sumber infeksi. Tapi kalau pada kemoterapi ini, tidak perlu menunggu 3 tahun, pasien bisa melakukan pencabutan gigi asal elemen-elemen darah dalam keadaan memenuhi syarat. Hal tersebut untuk mencegah adanya pendarahan dalam mulut setelah pencabutan gigi. Jadi disarankan dalam proses pengobatan kanker baik dengan sinar maupun kemoterapi, mutlak harus dikonsulkan pasien tersebut ke dokter gigi. Sementara pasien dalam persiapan, bisa sambil dibersihkan focus infeksinya dalam gigi dan mulut.

III.FOKUS INFEKSI
Fokus Infeksi adalah suatu tempat yang mengandung kuman dan pada suatu waktu dapat menyebabkan penyebaran infeksi di tempat lain terutama kalau keadaan daya tahan orang yang bersangkutan sedang menurun. Fokus infeksi ini bisa dimana saja, tapi disini yang akan dibahas adalah fokus infeksi di dalam mulut dan gigi. Adapun focus infeksi yang berada dalam mulut dan gigi. Adapun focus infeksi yang berada dalam mulut dan gigi adalah:
Plak, adalah lapisan tipis yang menempel pada gigi karena gigi tersebut tidak atau belum dibersihkan sehingga dapat menyebabkan infeksi gusi dan gigi berlubang.
Karang gigi, lapisan keras yang menempel pada gigi baik rahang atas maupun bawah. Terutama pada gigi-gigi yang letaknya berhadapan dengan muara kelenjar ludah yaitu dibawah lidah dan pipi kiri dan kanan sehingga dapat menyebabkan infeksi pada gusi.
Gigi yang berlubang, baik lubang yang kecil maupun besar sehingga dapat menjalar terus dan berlubang terus dan lubangnya sampai ke syaraf dan menyebabkan rasa sakit yang berdenyut-denyut.
Gigi yang sudah mati, meskipun mahkotanya masih ada, tapi ada lubang yang sudah sampai syarafnya dan sudah tidak vital lagi sehingga dapat menyebabkan bengkak.
Akar gigi masih tersisa, gigi yang sudah mati bisa pecah sedikit demi sedikit mahkotanya sehingga tinggal akarnya saja atau karena pencabutan yang tidak tuntas sehingga dapat menyebabkan bengkak.
Tumbuhnya gigi bungsu yang bermasalah, gigi terakhir pada rahang atas maupun bawah yang timbul setelah rahang selesai berkembang sehingga dapat menyebabkan bengkak dan kesulitan untuk buka mulut.

IV.MENCEGAH TERJADINYA FOKUS INFEKSI DENGAN MENJAGA KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Usaha pencegahan merupakan tindakan yang lebih mudah dan murah dibandingkan dengan tindakan pengobatan. Maka dihimbau kepada pasien kanker untuk melakukan usaha pencegahan terjadinya fokus infeksi dalam gigi dan mulut dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut/sebagai berikut:
Plak, untuk mencegah terjadinya plak pada gigi:
-Pasien harus rajin membersihkan gigi dengan sikat gigi terutama sesudah makan dan sebelum tidur. Sesudah sikat gigi dan jangan makan apa-apa lagi.
-Banyak makan buah yang berserat tinggi seperti apel hijau, bangkoang dsb. Ini mempunyai daya self deansing (pembersihan pada gigi itu sendiri)
Karang gigi, ini terjadi bukan hanya karena gigi tidak disikat tetapi juga karena endapan dari ludah apalagi kalau gigi tersebut kotor dan banyak plak dipermukaannya sehingga mempermudah terjadinya perlekatan endapan ludah di gigi. Penanggulangannya:
-Seperti tindakan pencegahan terjadinya plak
-Kalau sudah ada karang gigi harus dibersihkan dengan alat khusus bisa secara manual atau elektronik.
-Gigi dipoles kemudian gusi yang sampai terdesak diolesi betadine untuk mulut.
Gigi berlubang, kalau merasa ada giginya berlubang sebaiknya segera berobat ke dokter gigi karena kalau tidak segera ditambal lubang mejadi tempat tertimbunnya sisa makanan yang kemudian menyebabkan bau yang tidak sedap dan berproses, lubang akan bertambah dalam.
Gigi yang sudah mati, tapi mahkotanya masih bisa dipertahankan, segera ke dokter gigi. Dengan rontgen pada gigi dapat dilihat jaringan penyangganya masih cukup baik atau tidak. Kalau masih cukup baik gigi bisa dirawat syarafnya. Perawatan tersebut dengan cara kunjungan berulang-ulang sampai akar gigi tersebut benar-benar bersih kemudian dilakukan penambalan sampai gigi bisa berfungsi kembali.Kalau jaringan penyangganya sudah tidak memenuhi syarat termasuk pernah bengkak sebaiknya gigi tersebut dicabut.
Akar gigi yang masih tersisa, ini mutlak harus dicabut karena sudah tidak ada fungsinya lagi bahkan sewaktu-waktu mudah sekali terjadi pembengkakan dijaringan mulut.
Gigi bungsu yang timbulnya bermasalah, artinya adalah gigi terakhir tersebut tumbuhnya disertai pembengkakan. Sebaiknya dilihat posisinya dengan roentgen foto gigi. Kalau tidak kekurangan tempat dan posisinya betul dapat dibantu dengan pengguntingan gusi yang menutupi oleh dokter gigi. Kalau kekurangan tempat dan atau posisiya tidak normal disarankan dicabut dengan operasi kecil oleh dokter gigi. Tapi ini harus difikirkan kemungkinannya berhubungan dengan keadaan umum fisik pasien.

V.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ;
Pemeriksaan gigi dan mulut sangat dianjurkan bagi pasien kanker yang akan mengalami radiasi dan atau kemoterapi untuk mendukung jalannya terapi tersebut.
Tindakan pencegahan penyakit gigi dan mulut lebih mudah dan murah untuk mencegah terjadinya fokus infeksi.
Kalupun gigi dan mulut dalam keadaan baik sebelum radiasi dan atau kemoterapi dapat dilakukan fluaridasi pada gigi untuk mencegah kerusakan yang akan datang.
Saran :
Karena perawatan gigi dan mulut biasanya tidak bisa 1 x kunjungan maka disarankan pemeriksaan dan perawatan gigi dan mulut dijalankan bersamaan dengan waktu persiapan radiasi dan atau kemoterapi selama keadaan umum pasien mendukung.

PENCEGAHAN KANKER PADA ANAK (?)

Pencegahan Kanker Pada AnakPenulis: dr.Eddy Setiawan Tehuteru,SpA
PENCEGAHAN KANKER PADA ANAK (?)

Bila Pembaca jeli membaca judul di atas, pasti saat ini juga Pembaca akan mengira bahwa cara penulisan judul di atas salah. Kok judulnya diakhiri tanda tanya yang terletak di antara dua tanda kurung? Mau bercerita tentang apa artikel ini sebenarnya?

Berbicara tentang kanker, sudah dapat dipastikan bahwa semua orangtua berharap agar anaknya tidak terkena kanker. Agar tidak terkena kanker, upaya pencegahan merupakan tindakan terbaik yang harus dilakukan. The International Union Against Cancer atau dikenal dengan UICC yang berkantor pusat di Swiss, pada tahun 2007 ini menghimbau kepada orangtua agar mau membantu anak-anak mereka dalam memberikan pengetahuan dan contoh tentang pentingnya menghindari hal-hal yang diperkirakan dapat menimbulkan kanker. Lebih lanjut dikatakan bahwa ada 4 hal yang harus dihindari anak-anak agar kelak mereka tidak terkena kanker, yaitu hindari rokok, hindari infeksi, hindari sinar matahari, dan makan makanan yang sehat. Mengindari rokok sudah jelas berguna untuk mencegah agar anak kelak tidak terkena beberapa jenis kanker, antara lain adalah kanker paru. Menghindari infeksi juga sudah jelas berguna untuk mencegah beberapa jenis kanker, seperti contohnya kanker hati dan kanker leher rahim. Begitu pula dengan menghindari sinar matahari, yang merupakan salah satu cara agar seseorang dapat terhindar dari kanker kulit. Sementara makan makanan yang sehat berguna untuk menghindari seseorang dari terkena kanker, dimana salah satunya adalah kanker usus besar.

Jika diperhatikan, jenis kanker yang dicoba untuk dicegah hampir semuanya adalah jenis kanker yang justru kerap dijumpai pada orang dewasa. Bagaimana halnya dengan jenis kanker yang umumnya dijumpai pada anak-anak? Menurut The American Cancer Society, kanker yang dijumpai pada anak secara bermakna tidak ada kaitannya sama sekali dengan faktor-faktor risiko, seperti tembakau, penggunaan alkohol, makan makanan yang tidak sehat, atau kurang berolahraga. Artinya, sekalipun seorang anak sudah mengikuti segala upaya yang dianjurkan agar ia tidak terkena kanker, tetap saja jenis kanker yang umumnya dijumpai pada anak dapat mengenai anak tersebut. Kalau ingin diungkapkan dengan kalimat yang sederhana, lebih kurang akan berbunyi, “Kanker pada anak sebenarnya tidak dapat dicegah”.Kiranya hal ini dapat menjelaskan kebingungan beberapa orangtua yang mempertanyakan mengapa anaknya terkena kanker padahal segala upaya pencegahan kanker sudah semua dilakukan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, apa yang seharusnya sekarang dilakukan bagi anak-anak agar tidak terkena kanker? Kenyataan di atas yang jelas tidak dapat diubah. Oleh karena itu, jika kanker pada anak memang tidak dapat dicegah, sesuai dengan himbauan UICC, orangtua tetap dapat memberi pengetahuan dan contoh sehubungan dengan 4 hal di atas yang harus dilakukan agar anak-anak dapat terhindar dari kanker saat mereka menginjak usia dewasa. Di dalam publikasinya, lembaga swadaya masyarakat ini memang menganjurkan agar pencegahan terhadap kanker sebaiknya dilakukan sejak usia dini guna mencapai apa yang diharapkan. Di dalam kata sambutannya, Presiden UICC Dr. Franco Cavalli juga mengatakan bahwa orangtua yang melakukan himbauan di atas berarti mereka menginginkan masa depan dunia yang lebih baik dan lebih sehat.

Selamat menjalankan himbauan di atas dan pada akhirnya, sudah jelas dong ya alasannya mengapa tanda tanya di akhir judul diletakkan di antara dua tanda kurung……(EST)

Sudah dipublikasi di Buletin Yayasan Onkologi Indonesia, Edisi Agustus 2007

PEMERIKSAAN PERTANDA TUMOR

Pemeriksaan Petanda TumorPenulis: dr.Sri Hartini,SpPK,MARS
PEMERIKSAAN PERTANDA TUMOR
dr. Sri Hartini, SpPK, MARS

Pendahuluan
Berkat perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, khususnya perkembangan dalam ilmu biomedik, mekanisme terjadinya kanker dan proses pertumbuhannya telah mulai dipahami dan diharapkan dapat diperbaiki. Penatalaksanaan penderita sudah diketahui bahwa pertumbuhan sel dipengaruhi oleh 2 jenis gen pertumbuhan (onkogen) dan gen penghambat pertumbuhan (gen supresor) yang masing-masing memproduksi protein yang berfungsi meningkatkan dan menekan pertumbuhan sel seusia dengan kebutuhan pada keadaan normal fungsi ke 2 gen tersebut berjalan seimbang. Amplikasi atau mutasi onkogen dan atau inaktivasi serta mutasi gen supresor menyebabkan fungsi berubah menjadi sel ganas. Sel yang mengalami perubahan perilaku sel tersebut akan menyebabkan penyimpangan pada metabolisme dan susunan mapun molekuler. Penyimpangan metabolisme dan susunan biokimiawi ini dapat digunakan untuk meyatakan adanya perubahan sel menjadi ganas dan dikenal sebagai penanda tumor.

Uraian dibawah ini mengulas pengertian jenis-jenis penanda tumor serta manfaat dari pemeriksaan penanda tumor tersebut.

Apa itu tumor?
Sesuai dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, pengertian penanda tumor mengalami sedikit pergeseran. Pengertian lama penanda tumor adalah berbagai substansi yang dikeluarkan oleh sel kanker kedalam cairan tubuh atau diproduksi oleh sel normal sebagai respon terhadap adanya keganasan (dikenal dengan istilah “tumor marker”). Pengertian baru penanda tumor selain pengertian lama mencakup pula berbagai molekul termasuk onkogen dan antikogen serta produknya yang dikespresikan oleh sel kanker, dikenal dengan “biomarker keganasan”

Jenis pertanda pada tumor
Sesuai pengertian tersebut, penanda tumor dapat digolongkan sebagai penanda tumor ekstra selular/serologik, penanda tumor seluler dan penanda tumor molekuler. Dalam aplikasinya di klinik penanda tumor ekstra seluler/serologik dikelompokan sesuai dengan sifat dan fungsinya dalam kelompok penanda respon penderita (Host respon marker”), penanda pertumbuhan dan kerusakan sel, penanda deferensial dan penanda proliferasi. Penanda respon penderita umumnya merupakan tanda-tanda peradangan sebagai akibat adanya tumor, seperti C-reaktif protein (CRP), Alfa feto protein (AFP) dan Gamma Glutami Trandferase (Gamma GT). Penanda pertumbuhan dan kerusakan sel adalah substansi yang dihasilkan oleh sel yang mengalami kehancuran misalnya Laktat Dehidrogenase (LDH), Cytckerin, Cyfra 211. Penanda deferensiasi adalah substansi yang dalam keadaan normal diproduksi oleh sel atau jaringan asal tumor, termasuk diantaranya berbagai enzim serta hormon. Peran terpenting substansi ini adalah menentukan asal usul tumor atau jenis tumor primer pada penderita dengan anak sebar tumor. Beberapa contoh penanda tumor ini adalah PSA, CEA, CA123, CA153, HCG. Penanda proliferasi menggambarkan intensitas pembelahan sel yaitu jumlah sel baru yang dihasilkan tiap satuan waktu. Penanda ini dilepaskan oleh sel-sel yang membelah diri secara aktif dan memberikan petunjuk tentang pertumbuhan yang tidak terkendali. Beberapa contoh golongan ini adalah Ki 67 dan TPS. Penanda tumor seluler meliputi bentuk sel, penanda permukaan sel, kinetik sel serta kelainan struktur khromosom (misal Imunophenotyping pada leukemia, index proliferasi, philadelphia chromosom, dll).

Kelompok penanda tumor molekuler adalah kelainan gen atau mutasi gen yang dapat dideteksi dengan biologi molekuler (mutasi gen p53, BRCA, dll). Jenis penanda tumor serologis yang ideal adalah substansi yang diproduksi oleh sel dalam proses proliferasi (proses pembelahan sel dalam memperbanyak diri). Dan degradasi setelah ia mengalami perubahan ganas dan tidak diproduksi oleh sel jinak atau sel normal (spesifisitas 100%). Selain itu substansi ini harus dapat diukur (sensivitas 100%). Namun sayangnya sampai saat ini belum ada penanda ganas yang memiliki sifat-sifat demikian. Hal ini disebabkan antara lain oleh sifat kanker yang heterogen dan ekspresi antigen yang beraneka ragam pada permukaan sel. Oleh karena itu untuk mendapatkan gambaran yang lebih optimal tentang penyakit kanker pada seorang penderita, dokter klinik biasanya menggunakan kombinasi beberapa jenis penanda ganas.

Tata Laksana Muntah Bagi Anak yang Menjalani Kemoterapi

Tata Laksana Muntah Bagi Anak Yang Menjalani KemoterapiPenulis: dr.Eddy Setiawan Tehuteru,SpA
Tata Laksana Muntah Bagi Anak yang Menjalani Kemoterapi

Edi Setiawan Tehuteru
SMF Anak Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

M
untah merupakan salah satu efek samping yang sering dikeluhkan oleh anak-anak penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Menurut sebuah sumber memang dikatakan bahwa dari sekian banyak penyebab muntah pada anak, kemoterapi merupakan salah satu diantaranya.1 Bersamaan dengan semakin pesatnya perkembangan obat-obatan anti muntah, penderitaan anak-anak ini berangsur-angsur mulai dapat dikurangi. Penanganan muntah pada anak-anak penderita kanker yang sedang menjalani kemoterapi memang agak berbeda dengan penanganan muntah pada umumnya. Prinsip yang digunakan adalah prinsip yang dikembangkan oleh para ahli yang bergerak di bidang paliatif, yaitu memberikan obat anti muntah justru sebelum muntah itu terjadi.2 Hal ini dilakukan agar anak-anak tersebut tidak sampai harus merasakan bagaimana tidak enaknya muntah saat dikemoterapi, yang tentunya dapat berpengaruh terhadap kelanjutan dari pengobatan anak-anak tersebut dikemudian hari.

PATOFISIOLOGI
Secara sederhana, muntah adalah keluarnya kembali isi lambung melalui mulut. Namun, jika memperhatikan bagaimana proses muntah itu terjadi, ternyata tidak sesederhana itu.
Muntah dikoordinasi oleh pusat muntah di formasio reticularis medulla oblongata. Reseptor muntah terutama terdapat di dasar ventrikel ke empat otak dan disebut sebagai chemoreceptor trigger zone yang terletak di luar sawar darah otak. Sumber yang dapat menjadi input ke pusat muntah antara lain:
- Chemoreceptor trigger zone yang mengandung reseptor dopamine D2, reseptor serotonin 5-HT3, reseptor opioid, reseptor asetilkolin, dan reseptor substansi P. Stimulasi dari reseptor yang berbeda tersebut dapat merangsang pusat muntah melalui jalan yang berbeda.
- Sistem vestibular yang memberikan sinyal ke otak melalui saraf otak ke-VIII (vestibulocochlearis). Sistem ini berperan pada gejala muntah yang disebabkan oleh mabuk perjalanan (motion sickness) dan berkaitan dengan reseptor muskarinik dan reseptor histamin H1.
- Saraf otak ke-X (vagus) diaktifasi bila daerah faring terangsang sehingga menimbulkan refleks muntah.
- Sistem saraf usus dan vagus merupakan input dari sistem gastrointestinal. Iritasi dari mukosa gastrointestinal. Iritasi dari mukosa gastrointestinal karena kemoterapi, radiasi, distensi usus, dan gastroenteritis dapat mengaktivasi reseptor 5-HT3 melalui jalur ini.
- Susunan saraf pusat mempunyai peran pada muntah yang berkaitan dengan gangguan psikiatrik dan stres.

Pada anak-anak penderita kanker, obat-obat kemoterapi menyebabkan sel-sel di usus melepaskan serotonin yang kemudian sensasi ini diteruskan dan mengaktivasi pusat muntah di otak, yaitu di medula oblongata. Akhir dari proses yang kompleks ini ditandai dengan filorus yang mengalami relaksasi, yang memungkinkan isi duodenum dan proksimal yeyunum bergerak menuju lambung akibat gerakan peristaltik yang kuat untuk kemudian terjadi regurgitasi isi lambung melalui esofagus dan farings.3,4,5

PEMBAGIAN OBAT KEMOTERAPI
Sebelum menentukan obat anti muntah yang akan digunakan, penting untuk mengetahui obat kemoterapi yang digunakan termasuk dalam kelompok yang mana menurut kemampuannya dalam menimbulkan muntah. Obat-obat kemoterapi, menurut kemampuannya dalam menimbulkan muntah, dibagi atas 3 kelompok, yaitu ringan, sedang, dan berat. Disebut ringan bila kurang dari 10% pasien yang mendapat obat kemoterapi tertentu mengalami muntah, sedang bila 50% pasien yang mendapat obat kemoterapi tertentu mengalami muntah, dan berat bila semua pasien yang mendapat obat kemoterapi tertentu mengalami muntah.2
Berikut ini adalah pembagian obat kemoterapi menurut kemampuannya dalam menimbulkan muntah.

Tabel 1. Obat kemoterapi menurut kemampuannya dalam menimbulkan
muntah2,6

Ringan Bleomycin
Busulfan oral
Steroid
Fludarabine
Hydroxyurea
Interferon
Melfalan (Oral)
Mercaptopurine
Methotrexate < 1 g/m2
Thioguanine
Vinblastine
Vincristine


Sedang Asparaginase
Cytarabine < 1 g/m2
Etoposide
Fluoracil < 1000 mg/m2
Gemcitabine
Methotrexate > 1 g/m2
Thiotepa
Topotecan
Cyclofosfamide < 750 mg/m2
Epirubicin
Idarubicin
Mitoxantrone < 15 mg/m2


Berat Carboplatin
Carmustine
Cisplatin
Cyclofosfamide > 750 mg/m2
Cytarabine > 1 g/m2
Actinomycin
Doxorubicin
Irinotecan
Melfalan (IV)
Methotrexate > 2 g/m2
Mitoxantrone > 15 mg/m2
Procarbazine


PEMILIHAN OBAT ANTI MUNTAH
Setelah ditentukan termasuk dalam kelompok mana obat kemoterapi yang digunakan, selanjutnya adalah pemilihan obat anti muntah yang sesuai. Mengenai pilihan obat anti muntah berikut dosisnya dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Obat anti muntah2,7
Kelompok obat kemoterapi Obat anti muntah Dosis

Ringan Tidak diperlukan
atau Domperidone (oral) 0,3 mg/kg 4x/hari
atau Promethazine (oral) 0,5 mg/kg 4x/hari

Sedang Ondansetron (IV) 0,15 mg/kg 3x/hari
(IV kontinu) 0,45 mg/kg/hari
(maks 24-32 mg/hr)
(oral) 4-8 mg 2-3x/hari
atau Granisetron (IV) 10-20mcg/kg2-3x/hr
(oral) 1 mg 2x/hari
atau Dexamethasone(oral) 5 mg/m2 3x/hari

Berat Ondansetron/Granisetron Sama dgn di atas
dan Dexamethasone Sama dgn di atas


Obat-obatan anti muntah yang tersebut di atas harus diberikan 30 menit sebelum pemberian pertama obat kemoterapi dan dilanjutkan hingga obat kemoterapi selesai diberikan. Bagi pasien yang menggunakan obat kemoterapi yang termasuk dalam kelompok yang berat dalam menimbulkan muntah, dianjurkan agar ondansetron dilanjutkan hingga 3 hari setelah penghentian pemberian obat kemoterapi guna mengantisipasi muntah yang bisa timbul justru satu hari setelah obat kemoterapi dihentikan (delayed emesis).2,6 Khusus untuk cisplatin, selain ondansetron seperti ketentuan di atas, juga ditambah dexamethasone yang dilanjutkan hingga 2 hari setelah penghentian obat kemoterapi.6

PENUTUP
Tata laksana muntah pada anak-anak penderita kanker yang menjalani kemoterapi sebaiknya dapat dilakukan sesuai dengan kententuan yang berlaku. Hal ini tentunya diharapkan dapat mengurangi penderitaan anak-anak tersebut sehingga mereka tetap dapat menikmati kehidupan mereka setiap harinya sekalipun menderita kanker dan harus menjalani kemoterapi.

KEPUSTAKAAN
Wyllie R. Digestive Sysem. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson Text Book of Pediatrics. Edisi ke-17. USA: Saunders, 2004. h. 1197-356.
Wetering M. Supportive Care During Treatment. Dalam: Voute PA, Barret A, Stevens MCG, Caron HN, editor. Cancer in Children: Clinical Management. Edisi ke-5. USA: Oxford University Press, 2005. h. 86-100.
Martini FH, Ober WC, Garrison CW, Welch K, Hutchings RT. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Edisi ke-5. New Jersey: Prentice Hall, 2001. h. 845-99.
Hutapea AM. Keajaiban-keajaiban Dalam Tubuh Manusia. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. h. 174-5.
Oeschger-Schurch F, Verdan C. Oncological Nursing Care. Dalam: Imbach P, Kuhne T, Arceci RJ, editor. Pediatric Oncology: A Comprehensive Guide. Jerman: Springer, 2006. h. 205-28.
Schouten-van Meeteren AYN. Misselijkheid en Braken. Dalam: Kamps WA, Naafs-Wilstra MC, Schouten-van Meeteren AYN, Tissing WJE, editor. Werkboek Ondersteunende Behandeling in de Kinderoncologie. Belanda: VU University Press, 2005. h. 94-8.
Karwacki MW. Gastrointestinal Symptoms. Dalam: Goldman A, Hain, R, Liben S, editor. Oxford Textbook of Palliative Care for Children. USA: Oxpford University Press, 2006. h. 342-73.



Sudah dipublikasi di Jurnal Gastrohepatologi Anak Indonesia Volume 1 No. 3 Maret 2007