Selasa, 10 Februari 2009

NUTRISI PADA PENDERITA KANKER

Nutrisi Pada Penderita KankerPenulis: dr.Ririn Hariani,SpGK
NUTRISI PADA PENDERITA KANKER
dr. Ririn Hariani MS

Kanker terjadi akibat perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaturan normal. Kanker sendiri merupakan istilah yang menggambarkan keadaan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkendali secara normal yaitu multiplikasi dan menyebar. Multiplikasi sel merupakan keadaan normal pada masa pertumbuhan atau proses regenerasi. Akan tetapi bila faktor yang mengontrol pembelaan sel tidak lagi berfungsi dengan normal maka keadaan ini yang disebut penyakit kanker.
Pada penderita kanker sering disertai adanya kaheksi yaitu suatu sindroma yang ditandai dengan gejala klinik berupa anoreksia, perubahan ambang rasa kecap, penururnan berat badan, anemia, gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Keadaan ini merupakan akibat dari kanker baik lokal maupun sistemik dan juga merupakan komplikasi dari obat anti kanker.
Anoreksia adalah hilangnya atau berkurangnya nafsu makan yang merupakan faktor utama dalam terjadinya kaheksia pada kanker. Zat metabolit yang dihasilkan sel kanker menyebababkan anoreksia, cepat kenyang dan menyebabkan perubahan rasa kecap. Stres psikologis yang terjadi pada kanker juga menunjang peranan dalam terjadinya anoreksia.
Penurunan nafsu makan oleh berbagai penyebab tampaknya merupakan faktor utama dalam terjadinya penurunan berat badan. Namun tidak jarang pada penderita yang mendapat asupan makanan yang adekuat juga mengalami penurunan berat badan adalah terjadinya hipermetabolisme pada penderita kanker.
Pengobatan anti kanker seperti kemoterapi, radiasi serta pembedahan dapat mempengaruhi status nutrisi penderita. Status gizi yang baik dapat menurunkan komplikasi dari terapi anti kanker dan membuat penderita merasa lebih baik. Dukungan nutrisi merupakan bagian yang penting dalam menunjang terapi penderita kanker.

Beberapa pengaruh pengobatan anti kanker pada status nutrisi:
1. Kemoterapi
Kemoterapi mempunyai kontribusi pada terjadinya malnutrisi dengan berbagai sebab antara lain mual, stomatitis atau sariawan, gangguan saluran pencernaan dan penurunan nafsu makan. Hal di atas selain mempengaruhi status nutrisi juga dapat mempengaruhi hasil dari pengobatan kemoterapi. Efek samping yang terjadi berhubungan dengan dosis, lama terapi, jenis obat dan respon individual.
2. Radioterapi
Radioterapi juga berkontribusi pada terjadinya malnutrisi pada penderita kanker. Beratnya malnutrisi yang terjadi ditentukan oleh tempat dilakukan radiasi, dosis dan lama radiasi.
Beberapa penyebab perubahan status nutrisi akibat radiasi:
· Radiasi di kepala: menyebabkan mual, muntah.
· Radiasi pada kepala/leher: menyebabkan mucositis, sulit menelan, susah membuka mulut.
· Radiasi thorax: susah menelan, oesofagitis.
· Radiasi abdomen/pelvis: menyebabkan diare, gastritis, mual, muntah.
3. Pembedahan
Tergantung dari operasi yang dilakukan. Pembedahan merupakan terapi primer untuk penderita dengan kanker pada traktus gastro intestinal atau saluran pencernaan yang mungkin dikombinasi dengan kemoterapi atau radiasi. Tumor yang berada di saluran pencernaan biasanya akan bermasalah pada masalah nutrisi.

Beberapa contoh akibat pembedahan pada saluran cerna;
· Operasi gaster: penurunan absorbsi vitamin B12.
· Operasi pancreas: gangguan metabolisme glukosa.
· Operasi kolon: kehilangan air dan elektrolit.

Tujuan terapi nutrisi pada penderita kanker antara lain:
1. Mempertahankan status nutrisi.
2. Mengurangi gejala sindroma kaheksia.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memenuhi kecukupan mikronutrien

Terapi nutrisi
Kebutuhan nutrisi penderita kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu ke waktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan. Kebutuhan energi dan protein penderita kanker belum ada kesepakatan. Secara umum dianjurkan kebutuhan kalori dianjurkan 25-35 kal/kg BB/hari, protein 1-1,5 gr/kg BB. Suplementasi vitamin sesuai kebutuhan terutama bagi yang tidak dapat mengkonsumsi diit gizi seimbang.

Cara pemberian
a. Melalui mulut/peroral
Pemberian melalui mulut merupakan cara yang paling disukai. Namun pada penderita kanker yang mengalami anoreksia dan perubahan rasa kecap maka pemberian makanan peroral menjadi masalah dan perlu mendapat perhatian khusus.
Cara mengatasi beberapa masalah makan secara peroral:
· Penyajian makanan harus dapat membangkitkan nafsu makan. Pada umumnya nafsu makan lebih baik pagi hari.
· Makanan diberikan sediki-sedikit tetapi sering. Cara ini terbukti memberi hasil pada sebagian besar pasien karena jumlah kalori dapat dipenuhi dengan cara yang tidak memberatkan.
· Diit sebaiknya tinggi kalori dan protein.
· Pada penderita gangguan rasa kecap: pengolahan makanan sebaiknya diberi bumbu lebih banyak, dan disajikan dengan bentuk dan aroma yang baik.
· Penderita dengan ganguan menelan: makanan diberikan dalam bentuk yang mudah ditelan misalnya ditambah kuah, diberikan diit lunak, makanan dicincang/digiling/disaring. Rasa jenis makanan dan penyajian harus sesuai dengan selera pasien.
· Penderita dengan sariawan: konsistensi makanan harus lembut agar mudah ditelan, hindari makanan terlalu panas, berbumbu tajam, terlalu asam.

b. Nutrisi enteral/melalui pipa
Bila pemberian makanan melalui mulut tidak dapat diterima/belum adekuat maka dipertimbangkan pemberian makanan dengan cara lain.
· Pada penderita kanker dengan fungsi saluran cerna masih baik maka makanan diberikan melalui pipa. Pipa melalui hidung paling sering digunakan karena lebih mudah.
· Selain itu pipa dapat juga bermuara di lambung maupun usus halus tergantung lokasi tumor.
· Pemilihan formula sama dengan penderita bukan kanker.

c. Nutrisi parenteral
Pemberian nutrisi parenteral mempunyai risiko tetapi pada keadaan tertentu cara ini perlu dipertimbangkan. Misalnya pada penderita kanker dengan gangguan fungsi saluran cerna, operasi pemotongan usus yang luas atau obstruksi. Pada penderita dengan nutrisi parenteral ini perlu dipantau dengan ketat karena selain mahal juga efek samping nutrisi ini cukup besar.

Pemantauan
Evaluasi harus dilakukan secara rutin dan teratur melalui perubahan status medis, status nutrisi dan pemeriksaan laboratorium. Bila terjadi perubahan pada salah satu hasil tersebut maka perencanaan nutrisi disesuaikan, penyesuaian dapat berupa perubahan pilihan makanan, waktu pemberian makanan, komposisi nutrien dan cara pemberian makan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar