Selasa, 10 Februari 2009

Waspadai Kanker pada Anak

Waspadai Kanker pada AnakPenulis: dr.Eddy Setiawan Tehuteru,SpA
Waspadai Kanker pada Anak
Evy Rahmawati - Kompas
Kanker pada anak bukan lagi penyakit yang mengerikan. Bahkan, penyakit kanker darah yang banyak diderita anak-anak dan dulu bisa dikatakan vonis mati itu kini dapat diobati sehingga penderita bisa sembuh. Semakin dini kanker ditemukan, peluang anak untuk sembuh kian besar.
Harapan untuk sembuh dan tetap bertahan hidup itu pula yang menjadi semangat anak-anak penderita kanker dalam menjalani masa pengobatan yang menelan waktu berbulan-bulan, bahkan beberapa tahun. Dukungan orangtua dan orang-orang di sekitarnya sangat berarti bagi mereka.
Alfred (6), misalnya, telah menjalani pengobatan sejak divonis terkena leukemia pada September tahun lalu. Namun, pengobatan itu sempat terhenti ketika ia menderita luka di sekujur tubuh pasca-diterapi. "Saya tidak tega melihat anak saya kesakitan waktu dikemoterapi," kata Ny Jumaini Sinaga, ibu Alfred.
Menurut Ny Jumaini, kecurigaannya bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh Alfred mulai muncul ketika melihat tubuh anaknya kurus, sering demam, batuk, dan berwajah pucat. Ketika diperiksa tim medis, akhirnya diketahui bahwa anaknya menderita leukemia. "Begitu tahu anak saya positif terkena leukemia, saya langsung nangis. Tapi katanya masih ada harapan untuk sembuh," tuturnya.
Sementara Alda (7), bocah manis asal Karawang, baru dua bulan lalu dinyatakan menderita kanker otak. Tanpa ada gejala klinis yang menonjol, tiba-tiba ia mengalami kelumpuhan pada bagian kanan tubuhnya dan lambat laun kian menurun kesadarannya hingga sulit berbicara. "Padahal, sebelumnya anak saya ini lincah," kata Ny Uun Susilawati, ibu Alda.
Perjuangan tanpa kenal lelah melawan kanker darah juga dilakukan Aryo, yang terkena penyakit itu saat baru menginjak usia enam tahun. Berkat dukungan orangtua dan kerabatnya, Aryo dapat melalui masa-masa pengobatan yang "menyeramkan" itu. Kini ia telah menginjak usia 22 tahun dan tengah menempuh studi di sebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta.
Padahal, saat pertama kali ditemukan ada kanker darah dalam tubuhnya, ia divonis tidak berumur panjang. "Sulit menggambarkan bagaimana perasaan saya waktu itu saat mendengar anak saya dinyatakan terkena leukemia dan diramalkan tidak berumur panjang. Tapi, saya tidak mau menyerah," kata Kartika, ibu dari Aryo.
Semula, Aryo bertubuh subur. Namun, ketika menginjak usia enam tahun, berat badannya merosot secara drastis hingga 8 kilogram dalam waktu dua pekan lantaran tidak memiliki nafsu makan. Sekujur badannya kebiru-biruan seperti luka memar disertai demam, muncul bintik-bintik merah, kerap mimisan, dan luka berdarah pada bibir.
Untuk memastikan jenis penyakitnya, Aryo dirujuk ke Bagian Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Di rumah sakit itu, sumsum tulang belakangnya diambil. Ternyata trombositnya rendah, sedangkan sel darah putihberlebihan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan, ia positif terjangkit leukemia dan harus menjalani pengobatan selama dua tahun.
Pada tiga bulan pertama, Aryo dikemoterapi dan diberi obat antikanker (stitostika) di RSCM. Setiap kali mendapat pengobatan, ia muntah, nyeri pada sendi, dan rambut rontok. Sel kanker pun menjalar hingga ke bagian otak. Harapan untuk sembuh kian tipis hingga tim medis angkat tangan lantaran keterbatasan fasilitas pengobatan waktu itu.
Kendati demikian, orangtua Aryo tak mau menyerah. Berdasarkan informasi sesama orangtua dari anak yang menderita kanker, Aryo dibawa berobat ke Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu ia kembali menjalani kemoterapi dan diberi obat antikanker dosis tinggi untuk mempersingkat lama pengobatan. Berkat pengobatan yang intensif itu, ia akhirnya dapat sembuh.
Bisa sembuh
Kanker bisa menimpa siapa saja tanpa memandang golongan umur, termasuk anak-anak. Kanker pada anak dapat terjadi sejak bayi lahir dan timbul di berbagai organ tubuh. "Kanker dapat menyerang semua orang, termasuk anak-anak," kata dr Djajadiman Gatot SpA(K) dari Subbagian Hematologi-Onkologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Tak sedikit anak-anak yang terserang penyakit itu. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, penderita kanker bertambah 6,25 juta per tahun di seluruh dunia. Di Indonesia, diprediksi tiap tahun ada seratus penderita baru dari 100.000 penduduk, 2 persen di antaranya atau 4.100 kasus merupakan kanker anak. Angka ini terus meningkat lantaran kurangnya pemahaman orangtua mengenai penyakit kanker dan bahayanya.
Sejauh ini, penyebab kanker pada anak masih belum jelas. Namun, diduga penyebabnya gabungan faktor genetik dan lingkungan (sinar radioaktif, kondisi sosio-ekonomi, serta infeksi virus). Belum ada bukti penyakit kanker diturunkan, tetapi kemungkinan karena penyimpangan pertumbuhan sel akibat cacat genetik yang kemasukan virus penyebab kerusakan struktur sel hingga tumbuh menjadi tumor.
Pada umumnya, kanker pada anak tidak mudah diketahui secara dini sehingga banyak pasien baru berobat ketika sudah stadium lanjut. Gejala kanker pada anak maupun bayi lebih susah diketahui karena mereka tidak merasakan apa-apa dan tidak bisa bercerita. Apalagi banyak gejala kanker anak yang tumpang tindih.
Maka dari itu, lanjut Djajadiman, peranan orang-orang di sekitarnya, terutama orangtua, penting untuk mengenali gejala kanker pada anak. "Jika ada gejala yang mencurigakan, anak sebaiknya segera dibawa ke dokter untuk diketahui secara pasti apakah menderita kanker atau tidak. Kalau masih pada tahap awal, kemungkinan untuk sembuh jauh lebih besar," ujarnya.
Beberapa gejala
Leukemia merupakan jenis kanker yang paling banyak dijumpai pada anak-anak atau berkisar 25-30 persen dari total jumlah kasus yang ada. Gejala yang perlu diwaspadai, antara lain, anak tampak lesu, lelah disertai pucat, demam yang tidak jelas penyebabnya, pendarahan tidak normal, bercak-bercak biru pada kulit, rewel karena nyeri pada tulang, dan perut teraba keras atau membengkak.
Benjolan pada tubuh anak juga perlu diwaspadai. Beberapa jenis kanker lain yang juga banyak diderita anak-anak adalah kanker otak, retinoblastoma (kanker retina mata), limfoma maligna (kanker kelenjar getah bening), kanker ginjal, rabdomiosarkoma (kanker otot lurik), dan osteosarkoma (kanker tulang).
Pada kanker otak, gejala yang perlu diwaspadai adalah sakit kepala yang makin lama makin berat disertai mual sampai muntah yang menyemprot, daya penglihatan berkurang, penurunan kesadaran, terjadi perubahan perilaku seperti mengamuk, bahkan bisa menimbulkan kelumpuhan dan kejang. Kanker jenis ini biasanya terjadi pada anak yang sudah lebih besar.
Kanker mata juga jadi salah satu penyebab kematian pada anak dengan angka kasus cukup tinggi. "Gejala yang perlu diwaspadai adalah bercak putih di bagian tengah mata seolah bersinar bila kena cahaya. Tak ubahnya seperti mata kucing yang bercahaya di malam hari. Penglihatan juga bisa terganggu, juling mendadak, dan bola mata menonjol keluar," kata Djajadiman.
Kendati menimbulkan kematian, kanker pada anak sebenarnya bisa disembuhkan, terutama jika diketahui dan diobati sejak stadium dini. Harapan untuk sembuh menjadi lebih besar jika anak yang menderita kanker dapat melewati masa hidup sesudah menjalani pengobatan minimal lima tahun. Beberapa jenis kanker bahkan membutuhkan waktu lebih dari lima tahun.
Penanganan dan pengobatan kanker pada anak bergantung pada jenis dan stadiumnya. Namun, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan pada orang dewasa, yakni gabungan antara operasi untuk mengangkat tumor, kemoterapi, radiasi, dan pengobatan suportif maupun rehabilitasi pasca operasi.
Pengobatan kanker pada anak tidak sebatas memperpanjang umur, tetapi diupayakan mencapai kesembuhan. Menurut Dr Edi Setiawan SpA dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, penatalaksanaan pasien anak penderita kanker juga harus disertai pendekatan psikologis. "Jangan sampai pasien kehilangan masa bermain. Jadi, anak bisa menjalani pengobatan sambil bermain," tuturnya.

Dimuat di Kompas, 28 Juli 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar